Selasa, 12 Juni 2012

ASKEB II

KALA II PERSALINAN
Batasan Persalinan Kala II.
Dimulai saat pembukaan serviks lengkap dan berakhir dengan lahirnya seluruh tubuh janin.
Tanda Gejala Kala II
• ibu ingin meneran (dorongan meneran/doran)
• perineum menonjol (perjol)
• vulva membuka (vulka)
• tekanan anus (teknus)
• meningkatnya pengeluaran darah dan lendir
• kepala telah turun di dasar panggul
Diagnosis Pasti
• pembukaan lengkap
• kepala bayi terlihat pada introitus vagina
Fase kala II (Aderhold dan robert)
• fase I : fase tenang, mulai dari pembukaan lengkap sampai timbul keinginan untuk meneran
• fase II : fase peneranan, mulai dari timbulnya kekuatan untuk meneran samapi kepala crowning (lahirnya kepala)
• fase III : fase perineal, mulai sejak crowning kepala janin sampai lahirnya seluruh badan bayi
Kontraksi
• sangat kuat dengan durasi 60-70 detik, 2-3 menit sekali
• sangat sakit dan akan berkurang bila meneran
• kontraksi mendorong kepala ke ruang panggul yang menimbulkan tekanan pada otot dasar panggul sehingga timbul reflak dorongan meneran
Persiapan Persalinan
1. persiapan ibu dan keluarga
• memastikan kebersihan ibu, sesuai prinsip Pencegahan Infeksi (PI)
• perawatan sayang ibu
• pengosongan kandung kemih/2 jam
• pemberian dorongan psikologis
2. persiapan penolong persalinan
• perlengkapan pakaian
• mencuci tangan (sekitar 15 detik)
3. persiapan peralatan
• ruangan
• penerangan
• tempat tidur
• peralatan persalinan
• bahan
Penatalaksanaan kala II
• setelah pembukaan lengkap, pmpin untuk meneran pabila timbul dorongan spontan untuk melakukan hal itu
• beristirahat diantara kontraksi
• berikan posisi yang nyaman bagi ibu
• pantau kondisi janin
• bila ingin meneran, tapi pembukaan belumlengkap, anjurkan bernafas cepat atau biasa, atur posisi agar nyaman, upayakan tidak meneran hingga pembukaan lengkap
• bila pembukaan sudah lengkap tetapi ibu tidak ingin meneran, anjurkan untuk mobilisasi atau mengubah-ubah posisi hingga timbul dorongan untuk meneran
• bila kontraksi kuat tetapi ibu tidak ingin menran setealh 60 menit dari sejak pembuakaan lengkap, pimpin untuk meneran saat kontraksi puncak (beri asupan yang cukup)
• bila 60 menit setelah itu kelahiran bayi masih belum terjadi, rujuk ibu ke fasilitas rujukan
PENTING !!!
Bila melakukan pimpinan meneran:
1. ada tanda pasti kala II (pembukaan lengkap)
2. ibu ada dorongan kuat untuk meneran
3. selaput ketuban sudah pecah/dipecahkan
Yang dilakukan/diperhatikan dalam pimpinan meneran:
1. dukungan kepada ibu yang akan melahirkan bayinya
2. posisi meneran (ibu dibebaskan untuk memilih posisi saat melahirkan, insyaAlloh kita bahas nanti)
3. cara bernafas diantara/saat meneran
4. denyut jantung janin (DJJ) 120-160X/detik
Batas waktu maksimum melakukan pimpinan meneran:
• primipara(pertama kali melahirkan) : 120 menit
• multipara(>1xmelahirkan) : 60 menit
Jika bayi belum lahir dalam batas waktu tersebut di atas, segera lakukan rujukan.
Asuhan sayang ibu dan posisi meneran
1. Asuhan Sayang Ibu
• asuhan yang aman, berdasarkan evidence based dan turut meningkatkan angka kelangsungan hidup ibu
• Membantu ibu merasa nyaman dan aman selama proses persalinan yang menghargai kebiasaan budaya, praktek keagamaan dan kepercayaan serta melibatkan ibu dan keluarga sebagai pembuat keputusan, secara emosional sifatnya mendukung. asuhan sayang ibu melindungi hak-hak ibu untuk mendapatkan privasi dan menggunakan sentuhan bila diperlukan.
• Menghormati kenyataan bahwa kehamilan dan persalinan merupakan proses alamiah dan bahwa intervensi yang tidak perlu dan pengobatan untuk proses alamiah harus dihindarkan.
• Berpusat pada ibu dan bukan pada petugas kesehatan dan selalu melihat dahulu ke cara pengobatan yang sederhana dan non intervensi sebelum berpaling ke teknologi
• Menjamin bahwa ibu dan keluarganya diberitahu tentang apa yan g sedang terjadi dan apa yang bisa diharapkan
• Bidan harus memastikan seseorang yang telah dipilih ibu untuk mendampingi selama persalinan(suami, ibu, mertua, saudara perempuan, teman)
• Ibu yang memperoleh dukungan emosional selama persalinan akan mengalami waktu persalinan yang lebih singkat, intervensi yang lebih sedikit dan hasil persalinan yang lebih baik.
2. posisi meneran
Tenaga kesehatan/bidan hendaknya membiarkan ibu bersalin dan melahirkan dalam posisi yang dipilihnya dan bukan posisi terlentang atau litotomi
• Posisi terlentang bisa menyebabkan hipotensi karena bobot uterus dan isinya akan menekan aorta, vena kava inferior serta pembuluh2 lain dari sistem vena tersebut. hipotensi ini bisa menyebabkan ibu pingsan dan seterusnya bisa mengarah ke anoreksia janin.
• Posisi litotomi bisa menyebabkan kerusakan pada syaraf di kaki dan di punggung dan akan ada rasa sakit yang lebih banyak di daerah punggung pada masa postpartum(nifas).
• Posisi berjongkok, menggunakan gaya gravitasi untuk membantu turunnya bayi serta dapat melebarkan rongga panggul.
• Posisi duduk, memanfaatkan gaya gravitasi untuk membantu turunnya bayi, serta memberi kesempatan bagi ibu untuk istirahat diantara kontraksi.
• Posisi berlutut, dapat mengurangi rasa sakit serta membantu bayio dalam mengadakan rotasi posisi yang diharapkan (ubun-ubun kecil depan) dan juga untuk mengurangi keluhan haemoroid.
• Posisi berjongkok atau berdiri, dapat memudahkan dalam pengosongan kandung kemih. kandung kemih yang penuh akan dapat memperlambat penurunan bagian bawah janin.
• Posisi berjalan, berdiri dan bersandar. efektif dalam membantu stimulasi kontraksi uterus serta dapat memanfaatkan gaya gravitasi.
• Dengan kebebasan untuk memutuskan posisi yang dipilhnya, ibu akan lebih merasa aman. karena fokus utama kita adalah berpusdat kepada kenyamanan klien(ibu) bukan nakes.
Asuhan kala II
1. Pemantauan ibu
Tanda-tanda dan gejala kala II
• Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.
• Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rektum dan atau vagina.
• Perineum terlihat menonjol (perjol).
• Vulva-vagina dan spingter ani terlihat membuka.
• Peningkatan pengeluaran lendir dan darah.
evaluasi kesejahteraan ibu
• tanda-tanda vital: tekanan darah (tiap 30 menit), suhu, nadi(tiap 30 menit), pernafasan
• kandung kemih
• urine: protein dan keton
• hidrasi: cairan, mual, muntah
• kondisi umum: kelemahan dan keletihan fisik, tingkah laku dan respon terhadap persalinan serta nyeri dan kemampuan koping
• upaya ibu meneran
• kontraksi tiap 30 menit
Kemajuan persalinan
Kemajuan persalinan cukup baik bila penurunan yang teratur dari janin di jalan lahir serta dimulainya fase pengeluaran.
Lama kala II rata-rata menurut Friedman adalah satu jam untuk primigravida dan 15 menit untuk multipara. Pada kala II yang berlangsung lebih dari 2 jam bagi primigravida atau 1 jam bagi multipara dianggap sudah abnormal oleh mereka yang setuju dengan pendapat Friedman tetapi saat ini hal tersebut tidak mengindikasikan perlunya melahirkan bayi dengan forceps atau vacum ekstraksi.
Kontraksi selama kala II adalah sering, kuat dan sedikit lebih lama, yaitu kira2 2 menit, yang berlangsung 60-90 detik dengan interaksi tinggi dan semakin ekspulsif sifatnya.
2. Pemantauan janin
a. Denyut jantung janin (DJJ)
• Denyut dasar 120-160 x/menit
• Perubahan DJJ, pantau tiap 15 menit
• Variasi DJJ dari DJJ dasar
• Pemeriksaan auskultasi DJJ setiap 30 menit
b. Warna dan adanya air ketuban (jernih,keruh, kehijauan/tercampur mekonium)
c. Penyusupan kepala janin
Kondisi yang harus diatasi sebelum penatalaksanaan kala II
• syok
• dehidrasi
• infeksi
• preeklampsia/eklampsia
• inersia uteri
• gawat janin
• penurunan kepala terhenti
• adanya gejala dan tanda distosia bahu
• pewarnaan mekonium pada cairan ketuban
• kehamilan ganda(kembar/gemelli)
• tali pusat menumbung/lilitan tali pusat
Asuhan Dukungan
• pemberian rasa aman, dukungan dan keyakinan kepada ibu bahwa ibu mampu bersalin
• membantu pernafasan
• membantu teknik meneran
• ikut sertakan serta menghormati keluarga yang menemani
• berikan tindakan yang menyenangkan
• penuhi kebutuhan hidrasi
• penerapan Pencegahan Infeksi (PI)
• pastikan kandung kemih kosong.
Penatalaksanaan Fisiologis Kala Dua Persalinan
1) Mulai Mengejan
Jika sudah didapatkan tanda pasti kala dua tunggu ibu sampai merasakan adanya dorongan spontan untuk meneran. Meneruskan pemantauan ibu dan bayi.
2) Memantau selama penataksanaan kala dua persalinan
Melanjutkan penilaian kondisi ibu dan janin serta kemajuan persalinan selama kala dua persalinan secara berkala. Memeriksa dan mencatat nadi ibu setiap 30 menit, frekuensi dan lama kontraksi selama 30 menit, denyut jantung janin setiap selesai meneran, penurunan kepala bayi melalui pemeriksaan abdomen, warna cairan ketuban, apakah ada presentasi majemuk, putaran paksi luar, adanya kehamilan kembar dan semua pemeriksaan dan intervensi yang dilakukan pada catatan persalinan.
3) Posisi Ibu saat Meneran
Membantu ibu untuk memperoleh posisi yang paling nyaman baginya. Ibu dapat berganti posisi secara teratur selama kala dua persalinan karena hal ini sering kali mempercepat kemajuan persalinan.
Gambar 1. Posisi duduk atau setengah duduk
Gambar 2. Jongkok atau Berdiri
Gambar 3. Merangkak atau berbaring miring ke kiri
4) Melahirkan kepala
Bimbing ibu u/ meneran. Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 – 6 cm, memasang handuk bersih untuk mengeringkan janin pada perut ibu. Saat sub occiput tampak dibawah simfisis, tangan kanan melindungi perineum dengan dialas lipatan kain dibawah bokong ibu, sementara tangan kiri menahan puncat kepala agar tidak terjadi defleksi yang terlalu cepat saat kepala lahir, Mengusapkan kasa/kain bersih untuk membersihkan muka janin dari lendir dan darah.
Gambar 4. Melahirkan Kepala
5) Memeriksa Tali Pusat
Setelah kepala bayi lahir, minta ibu untuk berhenti meneran dan bernapas cepat. Raba leher bayi, apakah ada leletan tali pusat. Jika ada lilitan longgar lepaskan melewati kepala bayi.
Gambar 5. Memeriksa tali pusat
6) Melahirkan Bahu
Setelah menyeka mulut dan hidung bayi hingga bersih dan memeriksa tali pusat, tunggu hingga terjadi kontraksi berikutnya dan awasi rotasi spontan kepala bayi. Setelah rotasi eksternal, letakan satu tangan pada setiap sisi kepala bayi dan beritahukan pada ibu untuk meneran pada kontraksi berikutnya. Lakukan tarikan perlahan kearah bawah dan luar secara lembut (Kearah tulang punggung ibu hingga bahu bawah tampak dibawah arkus pubis. Angkat kepala bayi kearah atas dan luar (mengarah ke langit-langit) untuk melahirkan bahu posterior bayi.
Gambar 6. Melahirkan Bahu
7) Melahirkan Sisa Tubuh Bayi
Setelah bahu lahir, tangan kanan menyangga kepala, leher dan bahu janin bagian posterior dengan ibu jari pada leher (bagian bawah kepala) dan keempat jari pada bahu dan dada/punggung janin, sementara tangan kiri memegang lengan dan bahu janin bagian anterior saat badan dan lengan lahir
Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung kearah bokong dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan ari telinjuk tangan kiri diantara kedua lutut janin)
Setelah seluruh badan bayi lahir pegang bayi bertumpu pada lengan kanan sedemikian rupa hingga bayi menghadap kearah penolong. Nilai bayi, kemudian letakan bayi diatas perut ibu dengan posisi kepala lebih rendah dari badan (bila tali pusat terlalu pendek, letakan bayi di tempat yang memungkinkan.
Gambar 7. Melahirkan Tubuh Bayi
8) Memotong tali pusat
Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi kecuali tali pusat. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari umbilikus bayi. Melakukan urutan pada tali pusat kearah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama. Memegang tali pusat diantara 2 klem menggunakan tangan kiri, dengan perlindungan jari tangan kiri, memotong tali pusat diantara kedua klem.
Gambar 8. Memotong Tali Pusat
BAB III
METEODOLOGI
A.Alat dan Bahan
• Pantom
• Partuset
B.Cara Kerja
1) Menjelaskan hal- hal yang akan dilakukan pada praktikum kepada semua anggota kelompok satu.
2) Menjelaskan tanda dan gejala kala II yaitu:
 Ibu mempunyai dorongan kuat
 Ibu merasa adanya tekanan pada anus
 Perineum menonjol
 Vulva dan anus membuka
3) Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk mematahkan ampul oksitosin dan memasukkan 1 buah alat suntik sekali pakai 2 ½ ml kedalam partuset.
4) Memakai celemek plastic.
5) Memastikan lengan/ tangan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan dengansabun dan air mengalir.
6) Memakai sarung tangan DTT pada tangan kanan yang akan digunakan untuk pemeriksaan dalam.
7) Mengambil alat suntik sekali pakai dengan tangan yang bersarung tangan,isi dengan oksitosin dan letakkan kembali ke dalam wadah partus.
8) Membersihkan vulva dan perineum menggunakan kapas basah dengan gerakan dari vulva ke perineum (bila daerah perineum dan sekitarnya kotor karena kotoran ibu yang keluar,bersihkan daerah tersebut dengan kotoran).
9) Melakukan pemeriksaan dalam.pastikan pembukaan l sudah engkap dan selaput ketuban sudah pecah..
10) Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai pastikan DJJ dalm batas normal (120- 160x / menit).
11) Memberitahukan ibu pembukaan sudah lengkap dan janin baik, meminta ibu untuk meneran saat ada his bila ia sudah merasa ingin meneran.
12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman).
13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran :
 Memimpin ibu untuk meneran pada saat timbul his, menyesuaikan pimpinan meneran dengan kecepatan lahirnya kepala.
 Mendukung usaha ibu untuk meneran.
 Memeberi ibu kesempatan istirahat disaat tidak ada his (diantara his)
 Meminta bantuan keluarga untuk member ibu minum saat istirahat.
 Memeriksa DJJ setiap kontraksi uterus selesai.
14) Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5- 6cm, memasang handuk bersih untuk mengeringkan janin pada perut ibu.
15) Mengambil kain bersih,melipat 1/3 bagian dan meletakkannya dibawah bokong ibu.
16) Membuka tutup partus set.
17) Memakai sarung tangan DTT pada ke dua tangan.
18) Saat sub-occiput tampak dibawah simpisis, tangan kanan melindungi perineum dengan dialas lipatan kain dibawah bokong ibu, sementara tangan kiri menahan puncak kepala agar tidak terjadi defleksi terlalau cepat saat kepala lahir.(minta ibu untuk meneran dengan bernapas pendek- pendek ).
19) Mengusapkan kasa/ kain bersih untuk membersihkan muka janin dari lender dan darah.
20) Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin bila terdapat lilitan tali pusat yang terlalu erat hingga menghambat putaran paksi luar atau lahirnya bahu, minta ibu berhenti meneran, dengan perlindeungan tangan kiri, pasang klem di dua tempat pada tali pusat dan potong tali pusat diantara dua klem tali pusat tersebut.
21) Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara spontan.
22) Setelah kepala janin menghadap paha ibu, tempatkan kedua telapak tangan biparietal kepala janin, tarik secara hati- hti kea rah bawah sampai bahu anterior/ depan lahir, kemudian tarik secara hati- hati ke atas sampai bahu posterior/ belakang lahir.
23) Setelah bahu lahir, tangan kanan menyangga kepala, leher dan bahu janin bagian posterior dengan posisi ibu jari pada leher ( bagian bawah kepala) dan keempat jari pada bahu dan dada / punggung janin. Sementara tangan kiri memegang lengan dan bahu janin bagian anterior saat badan dan lengan lahir.
24) Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung kea rah bokong dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan jari telunjuk tangan kiri diantara ke dua lutut janin).
25) Setelah seluruh badan bayi lahir pegang bayi bertumpuh pada lengan kanan sedemikian rupa hingga bayi menghadap kearah penolong. Nilai bayi, kemudian letakkan bayi diatas perut ibu dengan posisi kepala lebih rendah dari badan.(bila tali pusat terlalu pendek, letakkan bayi di tempat yang memungkinkan).
26) Segerah mengerinkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi kecuali bagian tali pusat.
27) Menjepit tali pusat menggunakan klem kira- kira 3 cm dari umbilicus bayi. Melakukan urutan pada tali pusat kea rah ibu dan memasang klem ke dua 2cm dari klem pertama.
28) Memegang tali pusat diantara 2 klem menggunakan tangan kiri, dengan perlindungan jari- jari tangan kiri, memotong tali pusat diantara kedua klem.
29) Mengganti pembungkus bayi dengan kain kering dan bersih, membungkus bayi hingga kepala.
30) Memberikan bayi kepada ibu untuk disusui bila ibu menghendaki.
BAB IV
PEMBAHASAN
Persalinan merupakan proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. persalinan dibagi menjadi 4 kala yaitu, kala pembukaan, kala pengeluaran, kala pelepasan atau pengeluaran plasenta dan kala pengawasan.
Dalam laporan ini, akan dijelaskan bagaimana pelaksanan praktikum oleh mahasiswa yang dimulai dari proses belajar mahasiswa tentang persalinan khususnya kala II persalinan. Sebelum praktikum dimulai mahasiswa diharapkan dapat mengerti dan memahami tentang kala II persalinan dan mampu menggunakan peralatan laboratorium secara tepat.
Setelah pembagian kelompok, mahasiswa memulai praktikum, pertama-tama salah seorang anggota kelompok bertindak sebagai pemateri yang akan menjelaskan dan memperagakan praktikum yang akan dilakukan dengan menggunakan alat dan bahan yang telah disiapkan.
Selanjutnya pemateri menjelaskan tentang batasan kala II persalinan dan tanda gejala kala II persalinan. Kemudian mulai memperagakan cara- cara penatalaksanaan kala II dengan menggunakan pantom dan mengikuti
Cara kerja yang disebutkan dalam buku asuhan kebidanan persalinan normal. Semua anggota kelompok memperhatikan jalannya praktikum mulai dari awal sampai selesai.
Selain menjelaskan tentang cara- cara menolong persalinan, pemateri juga menjelaskan hal-hal yang perlu di perhatikan dalam kala II persalinan yang meliputi:
1) diagnosis pasti kala II.
2) Fase- fase kal II.
3) Kontraksi.
4) Persiapan persalinan, meliputi:
• Persiapan ibu dan keluarga
• Persiapan penolong persalinan
• Persiapan peralatan.
5) Asuhan sayang ibu.
6) Posisi meneran.
7) Asuhan kala II yang meliputi:
• Pemantauan ibu, yaitu evaluasi kesejahteraan ibu dan kemajuan persalinan.
• Pemantauan janin, yaitu pemeriksaan DJJ,warna dan adanya air ketuban dan penyusupan kepala janin.
8) Asuhan dukungan pada kala II persalinan.
Setelah praktikum selesai, semua anggota kelompok mengadakan diskusi dan membuat laporan praktikum yang telah dilaksanakn. demikianlah proses pelaksanaan praktikum oleh kelompok I, yang dilakukan di laboratorium AKBID SALEWANGANG MAROS.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah pelaksanan praktikum. Mahasiswa mampu menggunakan peralatan laboratorium dengan baik dan dapat lebih mengerti dan memahami tentang persalinan. Dengan adanya praktikum ini ,mahasiswa memahami cara-cara menolong persalinan dengan memperagakannya menggunakan pantom serta alat dan bahan yang telah disiapkan.
Melalui praktikum ini, pengetahuan mahasiswa semakin luas mengenai persalinan khususnya kala II persalinan. Mahasiswa jg sudah mengerti tentang hal- hal yang perlu diperhatikan selama kala II persalinan serta mengetahuai asuhan yang harus diberikan pada kala II persalinan.
Dengan adanya praktikum ini , mahasiswa mampu membuat laporan hasil praktikum yang telah di laksanakan yang sebelumnya diadakan diskusi antara anggota kelompok.
A.  Pengertian persalinan
Persalinan  adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan sejati, yang ditandai oleh perubahan progresif pada serviks, dan diakhiri dengan pelahiran plasenta.
B.  Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persalinan
1.     Passage (Jalan Lahir).
2.     Power (his dan mengejan).
3.     Passengger (penumpang).
C.   Passage
Passage adalah jalan lahir dari panggul ibu, yakni bagian tulang padat, dasar panggul, vagina, dan introitus (lubang luar vagina). Meskipun jaringan lunak, khususnya lapisan-lapisan otot dasar panggul ikut menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul ibu jauh lebih berperan dalam proses persalinan. Janin harus berhasil menyusuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang relative kaku.oleh karena itu ukuran dan bentu panggul harus ditentukan sebelum persalinan dimulai.
Anatomi jalan lahir terdiri atas :
1.   Bagian keras tulang – tulang panggul ( rangka panggul )
a.   Pelvis terdiri dari empat bagian : dua tulang inominata, sacrum, dan koksigis. Setiap tulang inominata memiliki tiga bagian : pubis, iskium, dan ilium. Tulang ileum adala bagian posterior dan bagian atas tulang inominata. Kedua ilia membentuk pelvis palsu , bersama, dengan sacrum menjadi pananda tulang yang penting dari insisura sakroiliaka. Iskium adalah bagian medial dan bawah tuber iskiadikum, dan dinding sisi pelvis. Pubis adalah bagian anterior tulang inominata. Dua tulang pubis saling bergabung satu sama lain di bagian depan simfisis pubis dan sudut-sudut inferior dari ramus desenden membentuk penanda tulang yang penting arkus pubis.
Sakrum dan koksigis membentuk bagian posterior pelvis. Sakrum dibentuk dari penyatuan lima vertebra sakral, termasuk penanda tulang yang penting pada promontorium sakrum, dan menggabungkan koksigis pada simfisis sakrokoksigea. Os koksigis dibentuk dari penyatuan empat (kadang tiga atau lima) vertebra rudimenter, biasanya dapat digerakkan, dan os koksigis merupakan penanda tulang yang penting.
Simfisis sakrokoksigea, simfisis pubis, dan dua sinkrondois sakroiliaka (artikulasi sakroiliaka) merupakan sendi-sendi amfiartrodial, yang terdiri dari jaringan tulang rawan (kartilago) dan ligamen yang menggabungkan tulang-tulang pelvis.
a.   Pelvis dibagi oleh linea terminalis menjadi beberapa :
1)  pelvis mayor diatas dermakasi ini dan pelvis minor dibawahnya. Pelvis mayor (palsu) adalah bagian diatas pintu atas panggul dan tidak berkaitan dengan persalinan.
2)  Pelvis minor (sejati) membentuk jalur tulang yang dilalui janin untuk dilahirkan pervagina. Oleh karena itu, kontruksi, bidang, dan diameternya merupakan unsur-unsur obstetrik yang paling penting.
Pelvis minor mempunyai  lima batasan :
a)  Bagian superior : promontorium sakrum, linea terminalis, batas atas tulang pubis.
b)  Bagian inferior : batas inferior tuber iskiadikum dan ujung koksigis.
c)  Bagian posterior : permukaan anterior sakrum dan koksigis.
d)  Bagian lateral : insisura sakroiliaka dan ligamen serta permukaan dalam tulang iskium.
e)  Bagian anterior : foramen obturatum dan permukaan posterior simfisis pubis, tulang-tulang pubis, dan ramus asenden tulang-tulang iskium.
Pelvis minor (sejati) memiliki tiga bidang yang secara obstetrik bermakna : pintu atas panggul, pintu tengah panggul, dan pintu bawah panggul. Untuk masing-masing bidang ada enam diameter secara teoretis. Namun, tidak semua diameter digunakan dalam pengukuran atau mendiskusikan masing-masing bidang atau dalam pembahasan mengenai tipe pelvis. Bidang sagital (anterior dan posterior) mengukur jarak dari titik tengah diameter transversa ke titik-titik yang digunakan untuk mengukur diameter anteroposterior.

b.    Pintu Atas Panggul
PAP adalah batas dari pinggul kecil, bentuknya bulat oval. Batas-batasnya : promotorium, sayap sacrum, linea innominata, ramus superior ossis pubis dan pinggir atas symphisis.
Biasanya 3 ukuran ditentukan dari PAP :
1)    Ukuran muka belakang diameter anterior posterior – konjugata vera panjangnya 11 cm dari promotorium ke pinggir atas sympisis conyugata obstetrika antara promotorium dengan tonjolan sympisis sedikit dibawah pinggir atas sympisis ini sangat penting. Pada wanita hidup conyugatavera tidak dapat diukur langsung tapi dapat diperhitungkan dari konjugata diagonalis dari promotorium ke pinggir bawah sympisis CV = CD – (1,5 cm – 2 cm).
2)    Ukuran melintang yaitu jarak antara linea terminalis (diameter tranversal) adalah ukuran terbesar antara linea innominata di ambil tegak lurus pada conjungata vera (12,5 – 13 cm).
3)    Ukuran serong (diameter obliqua) dari articulatio sacro iliaca ke tuberculum pumicum dari belahan panggul yang bertentangan (12,5 – 13 cm)
Gambar pintu atas panggul

Pintu atas panggul (pintu superior) pintu masuk atas ke pelvis minor. Batasan-batasan pintu dibagian posterior adalah promontorium sakrum, linea terminalis dibagian lateral, dan bagian atas dengan simfisis pubis dan ramus horizontal tulang pubis dibagian anterior.
Ada tiga diameter anteroposterior pintu atas panggul :
1)    Konjugata vera : konjugata asli pintu atas panggul, membentang dari bagian tengah promontorium sakrum hingga pertengahan batas atas simfisis pubis,; ukuran normal konjugata vera adalah 11 cm atau lebih.
2)    Konjugata obstetrik pintu atas panggul : membentang dari bagian tengah promontorium sakrum hingga bagian tengah simfisis pubis pada permukaan dalamnya berjarak beberapa milimeter dibawah batas atas. Ukuran minimum diameter ini sebelum pelvis dianggap berkontraksi adalah 10 cm . diameter ini adalah diameter antero-posterior terpendek karena simfisis pubis sedikit lebih tebal pada titik ini dibandingkan batas diatas atau dibawahnya.
3)    Diagonal konjugata pintu atas panggul : terbentang dari bagian tengah promontorium sakrum hingga kebagian tengah tepi inferior (bagian bawah) simfisis pubis. Konjugata diagonal merupakan satu-satunya diameter pintu atas panggul yang dapat diukur secara klinis. Ukuran klinis yang normal minimal 11.5 cm.
Gambar ruang panggul

Diameter oblik pintu atas panggul mengukur jarak antara sinkondrosis sakroiliaka pada satu sisi pelvis dan eminensia iliopektinea pada sisi pelvis yang berlawanan. Sinkondrosis sakroiliaka pada pelvis kiri atau kanan menentukan apakah diameter tersebut adalah diameter oblik kanan atau diameter oblik kiri.sebagai contoh, jika diameter membentangdari sinkondrosis sakroiliaka kanan sampai eminensia iliopektinea, merupakan diameter oblik kanan. Diameter oblik kanan memiliki ukuran rata-rata masing-masing sedikit kurang dari 13 (12,75).
a.    Bidang tengah pelvis adalah bidang dengan dimensi terkecil. Diameter transversa mengukur jarak antara spina iskiadikum. Disebut doiameter interspinosa, biasanya berukuran sekitar 10 cm. Ukuran ini penting, karena merupakan diameter terkecil pelvis yang harus di lalui janin untuk mengakomodasi dirinya. Apabila spina isdiadikum menonjol atau tajam atau dinding-dinding bagian sisinya saling berkumpul (konvergen) sehingga spina iskiadikum menonjol sampai melewati ruang rongga pelvis, interspionsa tidak bisa diukur dan adekuatan pelvis untuk kelahiran per vagina bayi dengan ukuran rata-rata sangat dipertanyakan. Pengerutan bidang-pertengahan sangat sering diasosiasikan dengan pintu atas panggul berkontraksi.
Diameter anteroposterior membentang dari pertengahan batas inferior simfisis pubis melalui bagian tengah diameter transversa sampai ke titik pada sakrum yang ditunjuk oleh sudut ini. Diameter ini normalnya berukuran minimum 11,5 cm. Diameter sagitalis posterior pada bidang-tengah biasanya 4,5 cm (minimal).
Pengukuran diameter bidang-tengah tidak mungkin di lakukan. Namun, keadekuatannya dapat di perkirakan dengan memerhatikan apakah spina iskiadikum menonjol atau melebihi batas bukan tumpul, dinding-dinding sisinya konvergen bukan lurus, sakrum datar atau dangkal bukan dalam, dan pintu atas panggul berkontraksi (mengerut) bukan pengukuran dalam batas normal.


b.    Pintu bawah panggul
Pintu bawah panggul bukan satu bidang tetapi terdiri dari dua segitiga dengan dasar yang sama ialah garis yang menghubungkan kedua tuber ischiadikum kiri kanan. Segitiga depan dasarnya tuber ossis ischiadica dengan dibatasi arcus pubis. Segitiga belakang adalah ujung os sacrum, sisinya adalah ligamentum sacro tuberosum kiri kanan.
Pada pintu bawah panggul ditentukan ada 3 ukuran :
1)    Ukuran muka belakang dari pinggir bawah sympisis menuju ujung tulang kelangkang (ujung sacrum) 11,5 cm.
2)     Ukuran melintang ukuran antara tulang ischidicum kiri kanan sebelah dalam 10 cm.
3)    Arcus pubis membentuk sudut 900 lebih, pada laki-laki kurang dari 800 Inklinasi Pelvis (Miring panggul) adalah sudut yang dibentuk dengan horizon bila wanita berdiri tegak dengan inlet 55-600
Diameter sagitalis posterior ujung tulang kelangkang (os sacrum) ke pertengahan ukuran melintang 7, 5 cm. Inclinatio pelvis yang dimaksud yaitu miring panggul. Sudut antara PAP dengan bidang sejajar tanah, pada wanita yang berdiri sudut ini 55 derajat.
Sumbu panggul  jika di hubungkan titik tengah bidang di dalam panggul maka akan mendapatkan sebuah garis yang lurus sebelah atas sampai pada satu titik  sedikit di atas spina ischiadika kemudian melengkung ke depan di daerah PBP perbedaan panjang 4,5 cm bagian depan dan 12,5 cm bagian belakang, disamping itu terdapat perubahan ukuran PAP yang lebih panjang ke samping dan PBP dengan ukuran muka belakang lebih panjang, situasi demikian seolah-olah terjadi perputaran 90 derajat dari PAP menjadi PBP.
Gambar pintu bawah panggul

a.    Bidang hodge
      Bidang-bidang hodge ini dipelajari untuk menentukan sampai dimanakah bagian terrendah janin turun dalam panggul dalam persalinan.
1)  Bidang hodge 1 : ialah bidang datar yang melalui bagian atas simfisi dan promotorium. Bidang ini dibentuk pada lingkaran pintu atas panggul.
2)  Bidang hodge 2 : ialah bidang yang sejajar dengan bidang hodge 1 terletak setinggi bagian bawah simfisis.
3)  Bidang hodge 3 : ialah bidang yang sejajar dengan bidang hodge 1 dan 2 terletak setinggi spina iskiadika kanan dan kiri. Pada rujukan lain, bidang hodge 3 ini disebut juga bidang O. Kepala yang berada diatas 1 cm disebut (-1) atau sebaliknya.
4)  Bidang hodge 4 : ialah bidang yang sejajar dengan bidang hodge 1, 2 dan 3 terletak setinggi os koksigis.

Gambar  bidang hodge
a.   Stasiun
Stasiun adalah hubungan antara bagian presentasi janin dengan garis imajiner (bayangan) yang di tarik dari spina iskiadika ibu. Stasiun dinyatakan dalam sentimeter, yakni di atas atau dibawah spina. Contohnya, jika bagian presentasi berada 1 cm diatas spina, maka stasiun bagian presentasi tersebut adalah -1. Apabila bagian presentasi setinggi spina, maka stasiunnya adalh 0.
Akan tetapi, jika bagian presentasi 1 cm dibawah spina, maka stasiunnya adalh +1. Kelahiran akan segera berlangsung jika bagian presentasi adalah +4 sampai +5. Untuk mendapatkan dokumentasi laju penurunan janin yang akurat selama persalinan, maka stasiun bagian presentasi tersebut harus ditentukan saat persalinan dimulai.

b.   Ukuran-ukuran panggul
1)    Ukuran-ukuran luar panggul ini dapat digunakan bila peilvimetri radiologic tidak dapat di lakukan.Dengan cara ini dapat di tentukan secara garis besar jenis, bentuk, dan ukuran-ukuran panggul apabila di kombinasikan dengan pemeriksaan dalam. Alat-alat yang di pakai antara lain jangka-jangka panggul Martin, Oseander, Collin, dan Boudeloque
Yang diukur sebagai berikut :
1)    Distansia spinarum (±24 cm-26 cm) : jarak antara kedua spina iliaka anterior superior sinistra dan dekstra.
2)    Distansia kristarum (± 28 cm-30 cm) : jarak yang terpanjang antara dua tempat yang simetris pada krista iliaka sinistra dan dekstra. Umumnya ukuran-ukuran ini tidak penting, tetapi bila ukuran ini lebih kecil 2-3 cm dari nilai normal, dapat di curigai panggul itu patologik.
3)    Distansia oblikua eksterna (ukuran miring luar) : jarak antara spina iliaka posterior sinistra dan spina iliaka anterior superior dekstra dan dari spina iliaka posterior dekstra ke spina iliaka anterior superiorsinistra. Kedua ukuran ini bersilangan. Jika panggul normal, maka kedua ukuran ini tidak banyak berbeda akan tetapi jika panggul itu asimetik (miring), kedua ukuran jelas berbeda sekali.
4)    Distansia intertrokanterika : jarak antara kedua trokanter mayor.
5)    Konjugata eksterna (boudeloque) ± 18 cm : jarak antara bagian atas simfisis ke prosesus spinosus lumbal 5.
6)    Distansia tuberum (± 10,5 cm) : jarak antara tuber iskii kana dan kiri.

a.    Jenis pelvis
1)    Jenis ginekoid :panggul paling baik untuk perempuan. Bentuk pintu atas panggul hampir bulat. Panjang diameter antero-posterior kira-kira sama dengan diameter trasversa. Jenis ini ditemukan pada 45 % perempuan.
2)   Jenis anderoid : bentuk pintu atas panggul hampitr segi tiga. Umumnya pria mempunyai jenis seperti ini. Panjang diameter anteroposterior hampir sama dengan diameter transversa, akan tetapi yang terakhir ini jauh lebih mendekati sakrum.dengan demikian, bagian belakangnya pendek dan gepeng, sedangkan bagian depannya menyempit ke depan. Jenis ini ditemukan pada 15 % perempuan.
3)   Jenis antropoid : bentuk pintu atas panggul agak lonjong, seperti telur. Panjang diameter antero-posterior lebih besar dari pada diameter transversa.  Jenis ini ditemukan pada 35% perempuan.
4)   Jenis platipelloid : sebenarnya jenis ini adalah jenis ginekoid yang menyempit pada arah muka belakang. Ukuran melintang jauh lebih besar daripada ulkuran muka belakang. Jenis ini di temukan pada 5 % perempuan.
Gambar jenis-jenis panggul

1.    Bagian lunak jalan lahir
Bagian ini tersusun atas segmen bawah uterus, serviks uteri, vagina, muskulus dan ligamentum yang menyelubungi dinding dalam dan bawah panggul.
a.   Permukaan belakang panggul dihubungkan oleh jaringan ikat antara
     os sakrum dan ilium dinamakan ligamentum sacro iliaka posterior, bagian depan dinamakan ligamentum sacro iliaca anterior.
b.   Ligamentum yang menghubungkan os sacrum dan spina ischium dinamakan ligamentum sacro spinosum.
c.   Ligamentum antara os sacrum dan os tuber ischiadikum dinamakan ligamentum sacro tuberosum.
d.   Pada bagian bawah sebagian dasr panggul. Dasr panggul/diagfragma pelvis terdiri dari bagian otot di sebut muskulus levator ani.
e.   Bagian membran disebut diafragma urogenital
f.   Muskulus levator ani menyelubungi rektum, terdiri atas musculus pubo coccygeus, muskulus iliococcygeus, dan muskulus ischio coocygeus.
g.   Ditengah-tengah muskulus pubococcygea kanan dan kiri ada hiatus urogenitalis merupakan celah berbentuk segitiga. Hiatus ini di batasi sekat yang menyelubungi pintu bawah panggul sebelah depan. Pada wanita sekai ini merupakan tempat keluarnya uretra dan vagian.
h.   Fungsi diafragma pelvis adalah untuk menjaga agar genitalia interna tetap pada tempatnya. Bila muskulus ini menurun fungsinya, maka akan terjadi prolaps atau turunnya alat genitalia interna.

 Perineum
Merupakan daerah yang menutupi pintu bawah panggul, terdiri dari :
a)    Regio analis, sebelah belakang. Spinter ani eksterna yaitu muskulus yang mengelilingi anus.
b)    Regio urugogenitalis terdiri dari atas muskulus bolbo cavernosus, ischiocavernosus dan trasversus perinei superficialis.

Gambar perineum

Jaringan lunak sebelum persalinan dimulai uterus terdiri dari korpus uteri dan serviks uteri. Saat persalinan dimulai kontraksi uterus menyebabkan korpus uteri berubah menjadi dua bagian, yakni  bagian atas yang tebal dan berotot dan bagian bawah yang berotot pasif dan berdinding tipis. Suatu cincin retraksi fisiologis memisahkan kedua segmen ini. Segmen bawah uterussecara bertahap membesar karena mengakomodasi isi dalam rahim, sedangkan bagian atas menebal dan kapasitas akomodasinya menurun. Kontraksi korpus uteri menyebabkan janin tertekan kebawah, terdorong kearah serviks. Serviks kemudian menipis dan berditalasi (terbuka) secukupnya sehingga memungkinkan bagian pertama janin turun memasuki vagina. Dasar panggul adalah lapisan otot yang memisahkan rongga panggul dibagian atas dari ruang perineum dibawahnya. Struktur ini membantu janin berotasi kearah anterior saat menuruni jalan lahir. Vagina kemudian mengembang, berditalasi untuk mengakomodasi sehingga memungkinkan janin kedunia luar.
Gambar bagian lunak jalan lahir